Chrestomathy, 2008-2012 :)
30 Desember 2008
Yang Diam
yang diam yang merana di ujung jalan
memakai metamorfosis alam sebagai hutang
entah apa hutangnya, aku pun tak tahu itu.
yang diam mewakili sisi gelap malam
meniup hembusan bintang kelam
entah bintang apa itu, yang telah merasuki nyawaku.
yang diam menatapku suram
menatap hatiku yang tertutup debu
ia menangis di lorong waktu
entah karena apa itu.
namun aku bertanya-tanya dalam hati,
menangiskah ia karena hatiku tertutup debu?
rakyan widhowati tanjung
6 Januari 2009
Pada Secercah Cahaya
Ia ciptakan dirimu sebaik-baiknya, Ia berikan jiwa kehidupan untukmu dengan indah-Nya, Ia biaskan warnamu dengan cahaya suci-Nya;
Ia melayakkan wujudmu dengan kemauan-Nya, Ia lagukan hidupmu dengan hati-Nya, Ia berikan kemampuan bagimu yang tiada dimiliki manusia;
ragamu memberikan pengertian bagiku, lakumu memberikan saat bagiku, katamu memberikan maksud untukku;
aku bercerita padamu, sebelum ruhku engkau berikan pada-Nya;
- engkau tahu, wahai malaikat!
diciptakanlah ragamu dari cahaya-Nya,
tanpa memberimu keburukan bagi seorang manusia -
tiada laknat bagimu, tiada beban dan sesal di pundakmu, tiada hina di wajahmu, tiada fatamorgana di matamu;
andaikan aku menjadi dirimu, yang kurasakan hanyalah kehangatan abadi dalam jiwa;
namun, akulah seorang manusia, yang atas izin-Nya kusyairkan bait-bait cerita untukmu, dan aku akan berkata;
- akulah yang diciptakan-Nya sedemikian rupa
yang mempunyai sebongkah hati untuk beradu mulut dengan makhluk-Nya
yang ada kalanya melihat iri dirimu,
tetapi aku bangga menjadi seorang manusia,
yang bisa merasakan manis pahitnya masa -
rakyan widhowati tanjung
22 Februari 2009
Sangkala
aku berlari
aku berlari menghindari sangkala
aku pergi menembus waktu
aku pergi
namun, kutahu,
selamanya tiap detak jantung ini
adalah waktu bagi sangkala
rakyan widhowati tanjung
20 Maret 2009
Guruku Berpulang
Belum setahun ini,
ia melihatku gagah berdiri,
menjinjing tas ke sekolah ini.
Belum setahun lamanya,
aku menjadi murid kelas tujuh A,
sudah menangis tersedu sedannya,
karena sang guru berpulang ke alam sana.
Oh, Pak Bardi,
sang guru yang senantiasa tersenyum rapi,
sang guru yang biasa tertawa hati-hati,
telah berpulang ke dalam istana ilahi.
Masih kuingat senyumnya,
yang tertinggal di relung jiwa,
dan tawa indahnya,
yang akan selalu diingat oleh kami, semua.
rakyan widhowati tanjung
16 September 2009
Mereka Telah Pergi
satu persatu mereka pergi
hampa terasa dada ini
mereka menuju nirwana sunyi
mereka pergi
tinggalkan diri ini
tapi mereka tetap ada, hidup di hati ini
rakyan widhowati tanjung
5 Desember 2009
Adalah Pohon Kehidupan
Seperti bernafas
Adalah anugerah
suatu kehidupan
Harapan, tak terganjal
Apa yang diinginkan
Ialah serat-serat tersirat
Makna kibasan rindang
Walau ditebang
Tapi tetap tertancap
Tapi tetap tertambat
Akar bulir,
pertama.
rakyan widhowati tanjung
20 Februari 2010
Penantian
saat kaulihat
daun-daun gugur dan ulat
menggeliat
sarang-sarang rubuh dan gerimis kilat
menenggak berkutat
saat kaurasa
ingin hati yang bicara,
bukan mulut saja
ingin mata yang menatap,
bukan wajah berharap
saat kaubimbang
bernafaslah dan teguk nuansa
kehidupan
berjalanlah dan lompati tegaknya
rimba raya
gelisah kini,
tak pandai berdiri
mungkin takut ditinggal pergi
dan kecewa karena terus menanti
yang tiada arti
rakyan widhowati tanjung
20 Februari 2010
Daun Buangan
untuk: orang-orang buangan
saat yang lain didukung dengan meriah
dan tawa
aku dipojokkan dan dicaci
tanpa alasan mengapa
saat yang lain tersenyum dan berhasil meraih cita
dan dipuja, diberi yang pantas oleh mereka
aku dibuang,
tanpa rasa sesal dan dibiarkan membusuk bertangki lalat
saat yang lain mandiri dan semangat mengejar hidup
aku terkungkung
terkunci dan menangis
hanya bisa memendam benci
saat yang lain bisa menghirup atmosfer kehidupan
dan seluruh pori-pori jiwa mereka
aku hanya diam dan sesak yang tertelan
tanpa tanda udara kebebasan
apa inikah takdir?
tertulis jelas dengan lauh mahfudz yang menyindir,
aku,
betapa perihnya menjadi manusia tersingkir!
rakyan widhowati tanjung
24 Februari 2010
Kematian
1
hilang dalam dekapan
menangkap semu sejatinya pahlawan
dalam genggaman,
sadar namun tak tertahan
bertemu rindu kematian
kusadar engkau benci padaku
tak rela diriku bersatu padamu
namun engkau tak tahu
apa isi kelam mataku
pendaran cahaya dalam kalbu
menguras dirimu
dalam rejam angkara pilu
apa itu dunia kecil, oh rama
apa itu hati umat, oh ibu
itu bukan tempatku
mungkin tempat ribuan nestapa
yang penting tiada angkara durja
2
hei, pencabut nyawa!
apa kau tahu,
inilah waktuku?
dan diriku akan lebur bersamamu?
menuju singgasana berliku?
3
saat aku melihat,
betapa kuat diriku
betapa masih hijaunya aku
betapa kehidupan juga panjang untukku
aku merasa,
bisa mengubah segalanya,
takdirku, masa depanku
namun saat kulihat
rentanya kehidupan orang-orang terdahulu
tua dan gerusnya generasi itu
dan kehidupan tinggal sejengkal, bagi mereka
aku merasa,
tak bisa kulawan waktu yang berlalu
tak bisa kuubah takdir, dan akhir
lauh mahfudz telah memimpin
mengatur alam semesta,
dengan sebuah kalam hakiki
menulis kehidupan dan kematian
4
renungkan satu saja
kematian,
pintaku
renungkan yang lainnya
kehidupan,
setelah kematian
5
saat kematian perlahan datang
kumohon,
pejamkan matamu
seraya ucapkan yang tak pernah terkabul dari doamu, dan
hiruplah nafas terakhirmu
maka tuntaslah, tak ada ganjalan pemberat di dirimu
lalu pergilah, dengan senyuman tersungging di bibirmu
rakyan widhowati tanjung
25 Februari 2010
Hakiki
ke mana pilihanmu?
di mana hakikimu?
aku menangis,
aku peduli itu.
rakyan widhowati tanjung
12 Desember 2010
Maaf
aku bukan sahabat sempurna
untuk dimiliki seorang perindu jiwa
aku bukan orang mulia
bukan pula orang terbaik yang ada
dan kini kumohon,
pintaku padamu duhai kawan
atas nama Zat Yang Ada
maafkanlah aku,
yang menusuk rajam ruang hatimu
yang menoreh luka tiada berperi dalam dirimu
maafkanlah aku..
rakyan widhowati tanjung
22 Januari 2011
Awal Terhempas
biru itu,
terhempas sendu tampilkan sejenak rindu
senyapnya semu
dari noktah diri yang terbelenggu
hampa itu,
mengisi jiwa berpaut
menangisi diam terpaut,
perihnya dunia tiada lembut
sesaat masa ingin bercerita
tentang terlukanya sepi airmata
mengenai aroma dusta
yang dihembuskan oleh dunia
di mana Ia berada kini?
mungkin di hati, di nadi
menjagaku saat berlari kembali
mencari jejak nafas-Nya yang abadi
rakyan widhowati tanjung
25 Januari 2011
Alunan Senja
senja ini,
tertiup angin membiru
perlahan sepi
yang berikan sendu
aku bertanya pada diriku sendiri
kiranya aku menggumam arti
dan realita dalam caci maki
apa yang terjadi sekarang ini?
juga angin senja biarkan ucapan terlepas
tapi bukan aku, sungguh bukan aku
itu duri yang terlepas
menggumbarnya, bukan aku
rakyan widhowati tanjung
27 Januari 2011
Hati
apa ribuan kata mutiara
cukup mengambil pekerti mulia
tidak,
aku berujar tidak
apa butir-butir air mata
mampu menguras pendaman jiwa
tidak,
hanya kosong dan gersang rasa
apa rasa sakit dan bahagia
bisa memberi cukup nirwana
tidak,
itu tak bisa cukup memberikan semuanya
hanya satu yang bisa
ketulusan dan hati lapang
memberikan segalanya dalam hidup,
dalam liku-liku jalan manusia
rakyan widhowati tanjung
1 Mei 2011
Kepada Siapa
Allah, Tuhanku
hanya Engkau yang mengerti nanar hatiku
dan perih jiwaku
serta luka nuraniku
kepada siapa lagi,
Ya Rabbi
aku hanyut menangisi
mengadukan gundah jalannya nadi
kepada siapa, Allah
aku meratapi kepedihan dunia
dan memohon ampunan akhirat nanti,
kalau bukan pada Engkau yang kumiliki?
hanya Engkau yang kupunya di dunia ini
hanya Engkau saja
pelita hati, saat hidup dan mati
rakyan widhowati tanjung
16 Mei 2011
Di Jalan Masa
entah apakah senja mengikuti masa
karena satu alasan dalam renungnya
yang tak kita tahu
itu benar atau tipu
di jalan itu pula semua berlalu
tanpa tanda-tanda jemu
hanya kesungguhan rupanya
dan doa yang ada
di jalan masa.
rakyan widhowati tanjung
12 Juni 2011
Mengapa Harus Aku
mengapa harus aku
yang jadi beban di hatimu
yang jadi luka di dadamu
yang jadi tetes air matamu
mengapa tetap aku
yang kau jadikan harapan
meski kau pun tahu aku adalah semu
yang lelah menjadi bayangmu
rakyan widhowati tanjung
13 Juni 2011
Rindu Pada-Mu
apa yang harus aku rindukan?
apabila gersangku terempas angin malam?
kini aku tak mengerti ke mana
arah jalan binasa, binasa
oleh segala kata
mungkinkah aku tertebas masa?
sedalam-dalamnya hatiku hampa.
tak mengerti siapa yang pergi
mungkin aku sendiri yang acuhkan diri
di mana Engkau berada?
apalah diri ini
hanya sendiri dan tiada mempunyai,
pegangan untuk berlayar di dunia sini
sepi.
Tuhan!
aku mencari-cari nama-Mu
di dalam seluruh raga dan lubuk hatiku
serta denyut nadi yang kian menggebu
aku tak mau.
dan tak akan pernah mau.
apabila nama-Mu direbut yang lain itu.
karena sekarang aku mengerti, hanya Kau yang kurindui di bayang sepi
mengeja nama-Mu, bagiku
sebuah keberuntungan
yang aku temukan dalam sepi hidupku
dan cahaya penerang seruas pejaran kelabu
jangan tanya lagi!
apa yang harus aku rindukan?
apabila gersangku terempas angin malam?
rakyan widhowati tanjung
dengan serunai penghormatan
20 Juni 2011
Mengerti
mengertikah, engkau?
satu hal. dalam hidup ini.
yang selalu hadir
dan tak pernah berakhir.
mengertikah, engkau?
kematian,
adalah yang hadir dan tak pernah berakhir
tapi ia tempat terakhir
rakyan widhowati tanjung
22 Juni 2011
Pegangan Diri
apabila bangsa ini adalah harapan
apa yang harus kami lakukan?
agar kami menjadi kepercayaan
tanpa menjadikan beban
tapi sudah, sudah kukira nyata
ini semua hanya cerca
yang mengiris hati tiada guna
tanpa mengingat semua yang ada
lalu bagaimana kami bisa mendaki?
apabila kami dihadang gunung yang tinggi
tanpa ada pegangan untuk berdiri
malah yang ada hanya caci maki
rakyan widhowati tanjung
26 Juni 2011
Dengan Apa?
mungkin sedikit sepi, menggetarkan relung hati
yang terombang-ambing dengan satu energi
tak dapat dicipta atau pun mati
dengan apa?
tak sukar di pikiran orang
nanti jiwa jadi meradang
penuh kerelaan tapi di pikiran,
tak jarang jadi guncangan
dengan apa?
biar pintu yang benar terbuka
tanpa igauan asa sia-sia
dan tanpa hati yang hampa terluka
rakyan widhowati tanjung
2 Juli 2011
Pada Bahasa Kalbu
mungkinkah ini bahasa kalbu?
yang tiada dimengerti sebab ia tiada tahu
sedikit nyali, pada jiwa kering berdebu
dan dalam diam ia membisu
seperti rasa,
cokelat dan vanilla
bertabur dalam riangnya cinta penuh warna
diam-diam merasuk ke dada
aku pun tak mengerti.
dan tiada mengenyam rasa di hati.
akuku, tanpa basa-basi
padahal, sayang ini sudah diketahui
lalu dengan apa aku harus bicara?
kalau mulut dan hati saling berkompromi mendustakan rasa
di belaian nurani tercipta
untuk dirindu di belahan jiwa
rakyan widhowati tanjung
3 Juli 2011
Mengejar Batas Mimpi
di manakah angin bersandar?
apabila ia dimanja di pangkuan
di lepas ombak dalam buaian
nyiur pada genggaman
saat itu aku berlari
tanpa batas sepi
walau aku sendiri
tak rela, tenggelam saja dalam buai mimpi
mengejar,
agar bisa terlampaui
dan bukan hanya sebatas mimpi
atau angan yang tidak pasti
rakyan widhowati tanjung
4 Juli 2011
Sementara Saja
sementara saja,
aku mengikuti arah masa
di mana halauan kanan berada
aku di sana
sementara saja,
aku menjejak di atas raga
di bumi tempat mengadu cerita
dari lemparan dadu, hati berprasangka
hanya sementara
aku, tak selamanya
rakyan widhowati tanjung
17 Juli 2011
Saatnya Tiba
pada saatnya tiba
waktu akan memberi makna
yang dirasa di gundahnya jiwa
menekuri beberapa metafor lara
di bias-bias nestapa
yang dihiasi angkara durja
pilu-pilu nyata,
tiada semu seperti di dunia fana
jadilah sebuah perkara
yang datang tanpa diminta
tapi dituai karena manusia,
manusia yang menanam nestapa
rakyan widhowati tanjung
24 Juli 2011
Bukan Kata
bukan kata sebenarnya bicara
tapi nurani yang tersedia
menjawab maksud sedemikian rupa
tanpa ejaan yang seharusnya ada
demikian itu namanya, jadi
perasaaan yang ingkar janji
tapi tuhan maha mengetahui
apa yang terbaik buat kami
rakyan widhowati tanjung
20 Agustus 2011
Tujuh Pasal Nada
1
dari mana hati berpasal
kalau bukan rindu berdatang
dari mana aku berasal
kalau bukan rahim bunda tersayang
2
langit bintang menawan
seperti apa pula induknya
jadikan ini tiada tahu
sekiranya Tuhan berkenan
ampuni bapa jauh dari-Nya
akan diri tak tahu menahu
3
terdapat terang di sisi kelam
tanpa berpegang pada genggaman
jangan tuan hanya menggumam
tanpa melihat pada kenyataan
4
dari mana aku berada
kalau bukan rahim bunda
yang menggenggam seluruh raga
dari jiwa dan sebuah nyawa
5
mengapa manusia selalu berkeluh?
padahal Tuhan tak pernah mengeluh,
akan manusia yang penuh dosa
ada, bara neraka di bawahnya
tapi Tuhan selalu memberi kasih
padahal manusia tak tahu berterima kasih
6
terdapat ragu, berisi sendu.
terdapat rindu, berisi pilu.
7
ada sebuah irama
di sisi medan cerita
mengatakan perasaan yang terselubungi
oleh bungkaman hati penjadi
tentang rasa, kiranya
seharusnya tak pernah ada
karena izzah lebih utama dijaga
hanya pada Allah rasa nanti jatuhnya
rakyan widhowati tanjung
29 Agustus 2011
Bang Fulan dan Zakatnya
duh, penghujung ramadhan itu
antrian zakat fitrah mulai menggebu
di pinggir lapangan,
satu dua tiga.... puluhan
puluhan fakir
dan miskin dikumpulkan
berantrian. berantrian.
lalu ada yang namanya bang fulan
menggandeng adiknya
katanya,
"aku ini miskin."
hanya berdua saja
sudah ditinggal keduaorangtuanya
ke syurga, di atas sana
pak RT menggeleng-geleng, bergumam
"mana surat tandanya?'
"surat tanda apa, bapak?"
tanya bang fulan
"kalau kamu ini miskin,
miskin!"
dengan membentak
deg.
hati bang fulan merana
dan adiknya memegang perut,
yang ringkih menunggu buka
tanpa makanan apa-apa
"dik, kita tak punya
surat tanda kemiskinan kita
jangan berharap lebih ya dik,
kalau zakat belum jadi rezeki kita."
"bang,
sudah tak apa
biar pun mereka tak memberikan hak kita
yang dititipkan Allah semata
kita doakan pak RT ya bang.
supaya Allah membuka nurani
serta rasa kasih pada sesama
di hati pak RT ini."
akhirnya mereka pergi
menjauhi lapangan, menuju medan sunyi
sunyi.
rakyan widhowati tanjung
1 September 2011
Selepas Adzan
selepas adzan,
setelah malaikat turun berdatangan
menunggu mulainya
iqamah sebagai permulaan.
dari pertautan raga
dan jiwa pada sujud-sujud di hadapan
di hadapan-Nya.
segera, jangan kau tangguhkan pula waktu
padahal kau tiada tahu
saat akhirnya pilu,
tak dapat kembali, hanya kelabu
semu.
rakyan widhowati tanjung
21 September 2011
Spektrum Asa
Dari ekliptika, membujur elips di sudut mata
Beruraian konstelasi rasa
Tertata, layaknya vorteks di jiwa
Jadikan paralaks asa pada manusia
Meraih dengan kalibrasi tinggi
Meranah bias energi ionisasi
Tanpa harus adanya presisi
Serta cita tiada perah beranomali
Diramu, menyertai radian cahaya
Berdimensi massa dalam gema frasa
Labuhkan pada bayang supernova
Bernoktah pendaran alpha centauri, sempurna
Metafor parafrasa librasi
Kadang asa jatuh dan berpresitipasi
Ingatkan akan datangnya regresi,
Kepada Tuhan, spektrum asa kembali
rakyan widhowati tanjung
29 Oktober 2011
Al Qiyamah
tak ada yang mengerti,
kapan bumi berhenti.
isyarat alam kadang tak pasti,
jiwa pun belum jua siapkan diri.
bagaimana bila tiba-tiba terjadi?
bumi terkoyak menebarkan api
segala musnah tiada abadi
dan raga pun terhenti
lalu tinggallah sejengkal jarak dari mentari,
padahal, kita tiada siap dalam diri
rakyan widhowati tanjung
17 Januari 2012
Label Jiwa
Ini hierarki manusia.
Yang diagungkan oleh rasa,
tanpa kecupan makna
Diartikan oleh masa
Dan jiwa mempunyai,
sekapur aroma berbeda.
Di mana Tuhan menciptakannya
Dengan serpihan nurani, tak sama
rakyan widhowati tanjung
23 Januari 2012
Ego, di Hamparan-Nya
Sekiranya, ego manusia
berfluktuasi dalam iringan,
kehidupan.
Tapi mengapa tiada pernah,
mencoba bersandar pada kematian?
Di mana setelahnya,
ego jadi saksi
Akan apa yang berlaku di hamparan fana
Seperti pula sekiranya kau berkata,
"Itu takdir."
Tapi nada hina kau timpakan pada takdir.
Dan lauh mahfudz kau katakan nyinyir.
Untuk apalah kau hidup, manusia!
Kalau pada suratan Tuhan,
yang ditulis qalam-Nya
kau tak percaya...
Dan dosa,
kau persembahkan untuk-Nya
saat Ia beri regukan nafas indah,
yang tiada kau syukuri sudah.
rakyan widhowati tanjung
12 Februari 2012
Tuhan, Berkahi Kami
Kepada Tuhan, manusia meminta
"Tuhan, berkahi kami."
Setiap waktu dan setiap saat.
Tapi manusia tak ingin berusaha
Hanya diam dengan bisikan doa-doanya
Padahal,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."*
*(QS 13:11)
rakyan widhowati tanjung
14 Maret 2012
Percayakah Kamu Pada Mimpi
Satu, dua
Mentari menyusup di balik rasa
Membuka seketika dunia fana,
menuai tabir dari mimpi dan asa
Tiga, empat
Lima, enam
Tujuh, delapan
Sembilan, sepuluh
Percayakah kamu pada mimpi?
Antara masa yang kau rancang hati-hati,
dengan bayangan waktu terpantul diri
Sebelasnya, kau bisa menggapai mimpi
rakyan widhowati tanjung
19 Maret 2012
Sonata Perdu
Perdu,
Perdu
.
Bagaimana kau yakin,
ini tempat singgahnya angin?
Yang menggilir syair
Sampai semak-semak hilir?
Lalu angin membiaskan suara,
"Ada rindu pada sonata
Menggerus ilalang perdu,
di mana hatinya tercipta."
Sejenak kau pun yakin, ini sonata...
Perangkai keping-keping cahaya
Di mana tak bisa
Dunia ungkapkan narasi penyair.
rakyan widhowati tanjung
Yang Diam
yang diam yang merana di ujung jalan
memakai metamorfosis alam sebagai hutang
entah apa hutangnya, aku pun tak tahu itu.
yang diam mewakili sisi gelap malam
meniup hembusan bintang kelam
entah bintang apa itu, yang telah merasuki nyawaku.
yang diam menatapku suram
menatap hatiku yang tertutup debu
ia menangis di lorong waktu
entah karena apa itu.
namun aku bertanya-tanya dalam hati,
menangiskah ia karena hatiku tertutup debu?
rakyan widhowati tanjung
30 Desember 2008
Nyanyian Itu
nyanyian apakah itu?yang menggema pada kelam malamyang menggema pada petang kelam
nyanyian apakah itu?kau tak perlu berbasa-basi, kawan.dengarkanlah suara itu,dengarkanlah kumandang surga itu,liriklah kemudi subuh yang membangunkan tidur malasmu.
itulah adzan, kawan.nyanyian surga yang akan selalu membangunkan calon penghuninya.
rakyan widhowati tanjung
6 Januari 2009
Pada Secercah Cahaya
Ia ciptakan dirimu sebaik-baiknya, Ia berikan jiwa kehidupan untukmu dengan indah-Nya, Ia biaskan warnamu dengan cahaya suci-Nya;
Ia melayakkan wujudmu dengan kemauan-Nya, Ia lagukan hidupmu dengan hati-Nya, Ia berikan kemampuan bagimu yang tiada dimiliki manusia;
ragamu memberikan pengertian bagiku, lakumu memberikan saat bagiku, katamu memberikan maksud untukku;
aku bercerita padamu, sebelum ruhku engkau berikan pada-Nya;
- engkau tahu, wahai malaikat!
diciptakanlah ragamu dari cahaya-Nya,
tanpa memberimu keburukan bagi seorang manusia -
tiada laknat bagimu, tiada beban dan sesal di pundakmu, tiada hina di wajahmu, tiada fatamorgana di matamu;
andaikan aku menjadi dirimu, yang kurasakan hanyalah kehangatan abadi dalam jiwa;
namun, akulah seorang manusia, yang atas izin-Nya kusyairkan bait-bait cerita untukmu, dan aku akan berkata;
- akulah yang diciptakan-Nya sedemikian rupa
yang mempunyai sebongkah hati untuk beradu mulut dengan makhluk-Nya
yang ada kalanya melihat iri dirimu,
tetapi aku bangga menjadi seorang manusia,
yang bisa merasakan manis pahitnya masa -
rakyan widhowati tanjung
6 Januari 2009
Dan Hujan pun Berhenti
dan hujan pun berhenti, tanpa meninggalkan bekas sunyi. aku pun tertatih-tatih merasakan rembesan hidup yang mulai pergi. tak sempat aku berdoa saat hujan tadi.
rakyan widhowati tanjung
22 Februari 2009
Sangkala
aku berlari
aku berlari menghindari sangkala
aku pergi menembus waktu
aku pergi
namun, kutahu,
selamanya tiap detak jantung ini
adalah waktu bagi sangkala
rakyan widhowati tanjung
20 Maret 2009
Menebus Nyawa
Kapan kau buat jiwaku ini, terngiang menatap raga yang telah hampa? Kapan kucoba menebus nyawa yang kau buang dengan semena-mena? Diriku lemah, harus apa, dengan apa, diriku meleleh, tiada sanggup menebus nyawa...
rakyan widhowati tanjung
20 Maret 2009
Guruku Berpulang
Belum setahun ini,
ia melihatku gagah berdiri,
menjinjing tas ke sekolah ini.
Belum setahun lamanya,
aku menjadi murid kelas tujuh A,
sudah menangis tersedu sedannya,
karena sang guru berpulang ke alam sana.
Oh, Pak Bardi,
sang guru yang senantiasa tersenyum rapi,
sang guru yang biasa tertawa hati-hati,
telah berpulang ke dalam istana ilahi.
Masih kuingat senyumnya,
yang tertinggal di relung jiwa,
dan tawa indahnya,
yang akan selalu diingat oleh kami, semua.
rakyan widhowati tanjung
11 Agustus 2009
Balada Negeri Ilalang
Pagi menggelar bentangan suryakencanaHilangkan kabut dari diriHilangkan rasa sunyi sepi
Jangan coba hilangkan rasa ini!Kemerdekaan, kataku, himpunan cara kamiBerbaur, menyatu dalam kehidupan negeri ilalang siniMenyibak kerumunan rumpun-rumpun bambu berdiri
Jangan coba hilangkan niat ini!Beri warna dalam negeri ilalang sini!Keluarkan rasa percaya yang terpendam lamaWujudkan cita-cita pusaka negara!
Teriakan rasa gembira menggema di jagat negeriSaat dikumandangkannya titipan pahlawan,Ucapan merdeka dari tiap manusia,Mencapai togak kaki berdiri sendiri
Oh, kita bukan negeri epigonTapi negeri mandiriSiapkan semangat,Berjuang keras,Hargai kerjaUntuk Indonesia
rakyan widhowati tanjung
16 September 2009
Mereka Telah Pergi
satu persatu mereka pergi
hampa terasa dada ini
mereka menuju nirwana sunyi
mereka pergi
tinggalkan diri ini
tapi mereka tetap ada, hidup di hati ini
rakyan widhowati tanjung
9 November 2009
Kita Terus Menunggu
Apa yang ada dalam dirikuAdalah penantian kalbu
Ruh dan jiwa yang terus menungguTermenung,Bukan apa yang harus menantiDikata coba,Tak bisa meraih diri-Nya
Kita dekat, Kau tahuTapi bagiku,Kita jauh, hanya bisu
Suara-Mulah kehidupankuKata-kata-Mu itu,Aku tahu,Menjadi tanda tanya besar di hatikuAdalah penantian kalbuku pada-Mu
rakyan widhowati tanjung
5 Desember 2009
Adalah Pohon Kehidupan
Seperti bernafas
Adalah anugerah
suatu kehidupan
Harapan, tak terganjal
Apa yang diinginkan
Ialah serat-serat tersirat
Makna kibasan rindang
Walau ditebang
Tapi tetap tertancap
Tapi tetap tertambat
Akar bulir,
pertama.
rakyan widhowati tanjung
1 Februari 2010
Biarlah Masa
biarlah masamenaburkan semuanyamemberikan pengertianuntuk segala jawaban
biarlah masamengaburkan yang lalutanpa perlu bertanya lagiapa yang musti kita kenang dalam angan
biarlah masa, biarlah masa, biarlah masaterus berkembang dan nantinya berakhir
rakyan widhowati tanjung
20 Februari 2010
Penantian
saat kaulihat
daun-daun gugur dan ulat
menggeliat
sarang-sarang rubuh dan gerimis kilat
menenggak berkutat
saat kaurasa
ingin hati yang bicara,
bukan mulut saja
ingin mata yang menatap,
bukan wajah berharap
saat kaubimbang
bernafaslah dan teguk nuansa
kehidupan
berjalanlah dan lompati tegaknya
rimba raya
gelisah kini,
tak pandai berdiri
mungkin takut ditinggal pergi
dan kecewa karena terus menanti
yang tiada arti
rakyan widhowati tanjung
20 Februari 2010
Saat
saat kau mengetahui sesuatupernahkah terpikir olehmumenyimpan atau membagihal itu?
saat kau menginginkan sesuatupernahkah kau renungkan ituberguna tidakkahkemauanmu?
dan saat kau merebutyang bukan milikmupernahkah terpikir tindakanmumenyakitkan atau tidak oleh mereka itu?
jangan pernah merasakau begitu berhargakau hanya kemunafikanyang terus mengulang saja
pikirkan dan pikirkan selaluapa yang kau rasabila kau dirinya?
cukupkah inisebagai paham bagimu?
rakyan widhowati tanjung
20 Februari 2010
Daun Buangan
untuk: orang-orang buangan
saat yang lain didukung dengan meriah
dan tawa
aku dipojokkan dan dicaci
tanpa alasan mengapa
saat yang lain tersenyum dan berhasil meraih cita
dan dipuja, diberi yang pantas oleh mereka
aku dibuang,
tanpa rasa sesal dan dibiarkan membusuk bertangki lalat
saat yang lain mandiri dan semangat mengejar hidup
aku terkungkung
terkunci dan menangis
hanya bisa memendam benci
saat yang lain bisa menghirup atmosfer kehidupan
dan seluruh pori-pori jiwa mereka
aku hanya diam dan sesak yang tertelan
tanpa tanda udara kebebasan
apa inikah takdir?
tertulis jelas dengan lauh mahfudz yang menyindir,
aku,
betapa perihnya menjadi manusia tersingkir!
rakyan widhowati tanjung
21 Februari 2010
Derai
kepada alamkugelisahkan,seucap salamyang dinantikan
kepada alamkuulur laju,renungan kelamyang terjepit lidah keluku
rakyan widhowati tanjung
24 Februari 2010
Kematian
1
hilang dalam dekapan
menangkap semu sejatinya pahlawan
dalam genggaman,
sadar namun tak tertahan
bertemu rindu kematian
kusadar engkau benci padaku
tak rela diriku bersatu padamu
namun engkau tak tahu
apa isi kelam mataku
pendaran cahaya dalam kalbu
menguras dirimu
dalam rejam angkara pilu
apa itu dunia kecil, oh rama
apa itu hati umat, oh ibu
itu bukan tempatku
mungkin tempat ribuan nestapa
yang penting tiada angkara durja
2
hei, pencabut nyawa!
apa kau tahu,
inilah waktuku?
dan diriku akan lebur bersamamu?
menuju singgasana berliku?
3
saat aku melihat,
betapa kuat diriku
betapa masih hijaunya aku
betapa kehidupan juga panjang untukku
aku merasa,
bisa mengubah segalanya,
takdirku, masa depanku
namun saat kulihat
rentanya kehidupan orang-orang terdahulu
tua dan gerusnya generasi itu
dan kehidupan tinggal sejengkal, bagi mereka
aku merasa,
tak bisa kulawan waktu yang berlalu
tak bisa kuubah takdir, dan akhir
lauh mahfudz telah memimpin
mengatur alam semesta,
dengan sebuah kalam hakiki
menulis kehidupan dan kematian
4
renungkan satu saja
kematian,
pintaku
renungkan yang lainnya
kehidupan,
setelah kematian
5
saat kematian perlahan datang
kumohon,
pejamkan matamu
seraya ucapkan yang tak pernah terkabul dari doamu, dan
hiruplah nafas terakhirmu
maka tuntaslah, tak ada ganjalan pemberat di dirimu
lalu pergilah, dengan senyuman tersungging di bibirmu
rakyan widhowati tanjung
25 Februari 2010
Meneguk Lembaga
bukan untuk gersang. bukan untuk tandus. tapi demi kehidupan, sirene alun rindu.
di semu abu, aku temukan: gersangan daun, mati lembaga.
pun bukan tegukan, tapi kehancuran.
pun bukan perbaikan, tapi merusakkan.
rakyan widhowati tanjung
25 Februari 2010
Hakiki
ke mana pilihanmu?
di mana hakikimu?
aku menangis,
aku peduli itu.
rakyan widhowati tanjung
15 November 2010
Waktu
saat ini,
hanya mungkin rasa yang tercipta berbeda
tanpa jiwa, berakhir gemuruh senja
menghilang sebelum cipta
tangis pilu,
terdengar sendu
mencoba menghapus biru
dan hilangkan airmataku
kumohon waktu,
berilah aku jawabmu
dalam lara sepiku
biar pergi perih waktuku
rakyan widhowati tanjung
12 Desember 2010
Maaf
aku bukan sahabat sempurna
untuk dimiliki seorang perindu jiwa
aku bukan orang mulia
bukan pula orang terbaik yang ada
dan kini kumohon,
pintaku padamu duhai kawan
atas nama Zat Yang Ada
maafkanlah aku,
yang menusuk rajam ruang hatimu
yang menoreh luka tiada berperi dalam dirimu
maafkanlah aku..
rakyan widhowati tanjung
18 Desember 2010
Nama
aku mencari huruf dan kata
mengeja nama,
mencoba mengucap satu bait nada
Dia,
menyebut-Nya bergetar angkasa hatiku karena-Nya
yang kujadikan pilihan,
tambatan ruang cinta
persemaian harapan dan noktah jiwa
rakyan widhowati tanjung
22 Januari 2011
Awal Terhempas
biru itu,
terhempas sendu tampilkan sejenak rindu
senyapnya semu
dari noktah diri yang terbelenggu
hampa itu,
mengisi jiwa berpaut
menangisi diam terpaut,
perihnya dunia tiada lembut
sesaat masa ingin bercerita
tentang terlukanya sepi airmata
mengenai aroma dusta
yang dihembuskan oleh dunia
di mana Ia berada kini?
mungkin di hati, di nadi
menjagaku saat berlari kembali
mencari jejak nafas-Nya yang abadi
rakyan widhowati tanjung
25 Januari 2011
Cerita Dunia
inilah ceritajatuhnya airmatapada bumi manusiayang bergunung dosa
nestapa dan deritapun juga tangisan jiwamenghantam sesak duniaapa guna tiada daya?
hanya rumbai semerbak harapitu pun juga secuil yang terungkaptak bisa,tak bisa mengubah alam raya
rakyan widhowati tanjung
25 Januari 2011
Alunan Senja
senja ini,
tertiup angin membiru
perlahan sepi
yang berikan sendu
aku bertanya pada diriku sendiri
kiranya aku menggumam arti
dan realita dalam caci maki
apa yang terjadi sekarang ini?
juga angin senja biarkan ucapan terlepas
tapi bukan aku, sungguh bukan aku
itu duri yang terlepas
menggumbarnya, bukan aku
rakyan widhowati tanjung
27 Januari 2011
Kutemukan Rasa
Kutemukan senada anginBerbisik dan mengucap dalam sepiTentang bahagia cinta yang merasuk di hati
Kutemukan seberkas barisan suryaMenyinar dan berpendar dalam jiwaTentang bulir air mata yang manis terasa
Kutemukan setetes air surgaMembasuh dan menyegarkan aromaTentang tulus tanpa pamrih yang diramu nirwana
Kemudian aku menemukan dirikuTersenyum dan tersipu dalam maluBersemai dalam kelopak peoni biru
Aku merasa, aku merasaMenyelam di laguna asaMenyentuh langit tanpa batas di atas sana
rakyan widhowati tanjung
27 Januari 2011
Hati
apa ribuan kata mutiara
cukup mengambil pekerti mulia
tidak,
aku berujar tidak
apa butir-butir air mata
mampu menguras pendaman jiwa
tidak,
hanya kosong dan gersang rasa
apa rasa sakit dan bahagia
bisa memberi cukup nirwana
tidak,
itu tak bisa cukup memberikan semuanya
hanya satu yang bisa
ketulusan dan hati lapang
memberikan segalanya dalam hidup,
dalam liku-liku jalan manusia
rakyan widhowati tanjung
30 April 2011
Ternyata Cinta
ternyata cintaadalah sececap rinduyang berprahara kelabudengan nuansa birutersenyum di balik bibir yang bisu
dan ia sendiri mengertiakan apa itu hakikidari rasa itu sendiri
ternyata cinta, ia berjalan di tepi jiwa
rakyan widhowati tanjung
1 Mei 2011
Kepada Siapa
Allah, Tuhanku
hanya Engkau yang mengerti nanar hatiku
dan perih jiwaku
serta luka nuraniku
kepada siapa lagi,
Ya Rabbi
aku hanyut menangisi
mengadukan gundah jalannya nadi
kepada siapa, Allah
aku meratapi kepedihan dunia
dan memohon ampunan akhirat nanti,
kalau bukan pada Engkau yang kumiliki?
hanya Engkau yang kupunya di dunia ini
hanya Engkau saja
pelita hati, saat hidup dan mati
rakyan widhowati tanjung
14 Mei 2012
Pertaubatanku
ini yang kupunyaair mata kering yang hampir binasatercekam gelapnya kesia-siaan duniabahwasanya aku berdiri terluka
hanya dosa yang kubawadengan perenungan atas segala yang adadan gelimangan air mata penyesalan dadahanya dosa
lalu kutadahkan hatiku pada-Nyakupasrahkan jiwaku untuk-Nyakumohonkan, kumohonkan keharibaan-Nyaatas ampunan segala dosa
Ya Allah,zat yang maha pengampun lagi maha penyayangakankah Engkau, satu-satunya yang kupunya di dunia inimengampuni samudera dosa yang hamba miliki?
rakyan widhowati tanjung
16 Mei 2011
Di Jalan Masa
entah apakah senja mengikuti masa
karena satu alasan dalam renungnya
yang tak kita tahu
itu benar atau tipu
di jalan itu pula semua berlalu
tanpa tanda-tanda jemu
hanya kesungguhan rupanya
dan doa yang ada
di jalan masa.
rakyan widhowati tanjung
18 Mei 2011
Ada Sebuah Kata
ada sebuah katayang membuatku teringat dirinya
ada sebuah katayang menyemaikan hati dalam jiwa
ada sebuah katayang menjadi kenangan sepanjang masa
ada sebuah katayaitu bunda, bersemi selalu di dada
rakyan widhowati tanjung
12 Juni 2011
Mengapa Harus Aku
mengapa harus aku
yang jadi beban di hatimu
yang jadi luka di dadamu
yang jadi tetes air matamu
mengapa tetap aku
yang kau jadikan harapan
meski kau pun tahu aku adalah semu
yang lelah menjadi bayangmu
rakyan widhowati tanjung
12 Juni 2011
Padang Mahsyar
aku yakinnantidi alunan altar padang mahsyarkita diadilidi hadapan tuhan
bukankah suatu kewajiban?mengaku dosa pada yang kuasa tak perlu ragu, atau pura-pura senduharusnya kita maluapa dosa yang mengakar di urat nadi itu
kusiapkan iman, ucapkuharus, tanpa buaian semuagar nantiaku dapat memantapkan hati dan nyalidi alunan altar padang mahsyar
rakyan widhowati tanjung
13 Juni 2011
Rindu Pada-Mu
apa yang harus aku rindukan?
apabila gersangku terempas angin malam?
kini aku tak mengerti ke mana
arah jalan binasa, binasa
oleh segala kata
mungkinkah aku tertebas masa?
sedalam-dalamnya hatiku hampa.
tak mengerti siapa yang pergi
mungkin aku sendiri yang acuhkan diri
di mana Engkau berada?
apalah diri ini
hanya sendiri dan tiada mempunyai,
pegangan untuk berlayar di dunia sini
sepi.
Tuhan!
aku mencari-cari nama-Mu
di dalam seluruh raga dan lubuk hatiku
serta denyut nadi yang kian menggebu
aku tak mau.
dan tak akan pernah mau.
apabila nama-Mu direbut yang lain itu.
karena sekarang aku mengerti, hanya Kau yang kurindui di bayang sepi
mengeja nama-Mu, bagiku
sebuah keberuntungan
yang aku temukan dalam sepi hidupku
dan cahaya penerang seruas pejaran kelabu
jangan tanya lagi!
apa yang harus aku rindukan?
apabila gersangku terempas angin malam?
rakyan widhowati tanjung
dengan serunai penghormatan
15 Juni 2011
Anyelir
bisakah aku berdiri,di gelapnya malam sepi?
menghempaskan bau anyelir pagi tadiyang membusa-busa di nyeri hati
tak tahu aku ini.bahwa rembulan telah membawanya pergi.
tanpa basa-basi.tanpa pamit lagi.
seperti apalah aku ini?mungkin awan, dihembuskan angin dan kemudian sendiri.
rakyan widhowati tanjung
20 Juni 2011
Mengerti
mengertikah, engkau?
satu hal. dalam hidup ini.
yang selalu hadir
dan tak pernah berakhir.
mengertikah, engkau?
kematian,
adalah yang hadir dan tak pernah berakhir
tapi ia tempat terakhir
rakyan widhowati tanjung
20 Juni 2011
Untukmu Saja
untuk apa?aku memberi rasa dalam noktah jiwa
untuk apa?aku menjaga persemaian bait antara kita
untuk apa?aku tersenyum mungkin menangis pada dirimu pula
untukmu saja aku berisegala ucap yang bertebaran di hati
karena ini,rasa sayang yang tiada pernah mati.
untuk ia, dalam tali persahabatan Ilahi.
rakyan widhowati tanjung
22 Juni 2011
Pegangan Diri
apabila bangsa ini adalah harapan
apa yang harus kami lakukan?
agar kami menjadi kepercayaan
tanpa menjadikan beban
tapi sudah, sudah kukira nyata
ini semua hanya cerca
yang mengiris hati tiada guna
tanpa mengingat semua yang ada
lalu bagaimana kami bisa mendaki?
apabila kami dihadang gunung yang tinggi
tanpa ada pegangan untuk berdiri
malah yang ada hanya caci maki
rakyan widhowati tanjung
25 Juni 2011
Imaji
ayo berlari,menghitung imaji di rimbunan awan sepidan gugusan bintang di bentang mimpitetap bersinar, tanpa henti
jangan beri ragu untuk mengadu,secercah masa depan tanpa kelabujangan hanya mengangkat bahutanda tidak mengerti apalagi tahu
di sana,di ribuan angkasa terciptahanya ada kitayang bisa meraihnya
rakyan widhowati tanjung
26 Juni 2011
Dengan Apa?
mungkin sedikit sepi, menggetarkan relung hati
yang terombang-ambing dengan satu energi
tak dapat dicipta atau pun mati
dengan apa?
tak sukar di pikiran orang
nanti jiwa jadi meradang
penuh kerelaan tapi di pikiran,
tak jarang jadi guncangan
dengan apa?
biar pintu yang benar terbuka
tanpa igauan asa sia-sia
dan tanpa hati yang hampa terluka
rakyan widhowati tanjung
29 Juni 2011
Kawan Sejati
sampai tiba waktunya,aku menemukan duniayang berpraharakawan sejati yang nyata
mengerti,saat ribuan kata kuucap hanyalah perih
aku tidak sendiri.
rakyan widhowati tanjung
2 Juli 2011
Pada Bahasa Kalbu
mungkinkah ini bahasa kalbu?
yang tiada dimengerti sebab ia tiada tahu
sedikit nyali, pada jiwa kering berdebu
dan dalam diam ia membisu
seperti rasa,
cokelat dan vanilla
bertabur dalam riangnya cinta penuh warna
diam-diam merasuk ke dada
aku pun tak mengerti.
dan tiada mengenyam rasa di hati.
akuku, tanpa basa-basi
padahal, sayang ini sudah diketahui
lalu dengan apa aku harus bicara?
kalau mulut dan hati saling berkompromi mendustakan rasa
di belaian nurani tercipta
untuk dirindu di belahan jiwa
rakyan widhowati tanjung
3 Juli 2011
Kisah
bila saja semua berakhir ceriatanpa ada air matabagaimana dunia bisa,berjalan semestinya?
padahal kisah tak selalu sama.kisah tak selalu bahagiaagar semua bisa saling merasadunia sungguh berwarna
rakyan widhowati tanjung
3 Juli 2011
Mengejar Batas Mimpi
di manakah angin bersandar?
apabila ia dimanja di pangkuan
di lepas ombak dalam buaian
nyiur pada genggaman
saat itu aku berlari
tanpa batas sepi
walau aku sendiri
tak rela, tenggelam saja dalam buai mimpi
mengejar,
agar bisa terlampaui
dan bukan hanya sebatas mimpi
atau angan yang tidak pasti
rakyan widhowati tanjung
4 Juli 2011
Bimasakti-Andromeda
antara bimasakti, dan andromedaterseka ruang hampa udaradi dalamnya bintang, manis terasatertata rapi dengan segenap asa
tanpa awan magellan, semogajadi penghalang antara merekayang kadang tak terpungkiri bagaimana jadinyajauhkan jarak bimasakti, ke andromeda
karena penjuru langit menggenggam janjidi mana asteroid dan meteorid mengelilingitiap pendar jarak tahun cahaya suciantara bimasakti dan andromeda ini
rakyan widhowati tanjung
4 Juli 2011
Sementara Saja
sementara saja,
aku mengikuti arah masa
di mana halauan kanan berada
aku di sana
sementara saja,
aku menjejak di atas raga
di bumi tempat mengadu cerita
dari lemparan dadu, hati berprasangka
hanya sementara
aku, tak selamanya
rakyan widhowati tanjung
10 Juli 2011
Karena Aku Mengerti
karena aku mengerti. ada celah sempit, dari barat sampai ke ujung timur pertiwi, dihiasi samudra dan jangka pulau bestari
apa engkau tahu? saat nyiur menebas rindu, di dalamnya ada polesan kalbu. pada tanah air terluka membiru...
karena aku mengerti.
apa dasarnya yang terjadi di negeri ini....
rakyan widhowati tanjung
17 Juli 2011
Saatnya Tiba
pada saatnya tiba
waktu akan memberi makna
yang dirasa di gundahnya jiwa
menekuri beberapa metafor lara
di bias-bias nestapa
yang dihiasi angkara durja
pilu-pilu nyata,
tiada semu seperti di dunia fana
jadilah sebuah perkara
yang datang tanpa diminta
tapi dituai karena manusia,
manusia yang menanam nestapa
rakyan widhowati tanjung
21 Juli 2011
Dari Mana
dari mana aku beradakalau bukan dari rahim bundayang menggenggam seluruh ragadari jiwa, dan sebuah nyawa
untuk kado ulang tahun ibunda tercinta
rakyan widhowati tanjung
24 Juli 2011
Bukan Kata
bukan kata sebenarnya bicara
tapi nurani yang tersedia
menjawab maksud sedemikian rupa
tanpa ejaan yang seharusnya ada
demikian itu namanya, jadi
perasaaan yang ingkar janji
tapi tuhan maha mengetahui
apa yang terbaik buat kami
rakyan widhowati tanjung
1 Agustus 2011
Ramadhan
sayup heningnya malamaku tambatkan bacaan kalamyang jadi perisai hatipenjaga diri, bukan hanya saat ramadhan kini
tapi kali ini ramadhan kami.
tak ingin cepat berlalu,agar atmosfer suci tak segera membisu
ramadhan ini,selaksa penerang hatiku.
rakyan widhowati tanjung
20 Agustus 2011
Tujuh Pasal Nada
1
dari mana hati berpasal
kalau bukan rindu berdatang
dari mana aku berasal
kalau bukan rahim bunda tersayang
2
langit bintang menawan
seperti apa pula induknya
jadikan ini tiada tahu
sekiranya Tuhan berkenan
ampuni bapa jauh dari-Nya
akan diri tak tahu menahu
3
terdapat terang di sisi kelam
tanpa berpegang pada genggaman
jangan tuan hanya menggumam
tanpa melihat pada kenyataan
4
dari mana aku berada
kalau bukan rahim bunda
yang menggenggam seluruh raga
dari jiwa dan sebuah nyawa
5
mengapa manusia selalu berkeluh?
padahal Tuhan tak pernah mengeluh,
akan manusia yang penuh dosa
ada, bara neraka di bawahnya
tapi Tuhan selalu memberi kasih
padahal manusia tak tahu berterima kasih
6
terdapat ragu, berisi sendu.
terdapat rindu, berisi pilu.
7
ada sebuah irama
di sisi medan cerita
mengatakan perasaan yang terselubungi
oleh bungkaman hati penjadi
tentang rasa, kiranya
seharusnya tak pernah ada
karena izzah lebih utama dijaga
hanya pada Allah rasa nanti jatuhnya
rakyan widhowati tanjung
25 Agustus 2011
'Arasy
bahwasanya di mana 'arasy beradadi situlah segala imaji tercipta
dengan tanda tanya,bisakah kumelihat Tuhan di sana?
untuk bersimpuh di hadapan-Nya,walau dalam diri terhampar dosa...
rakyan widhowati tanjung
29 Agustus 2011
Bang Fulan dan Zakatnya
duh, penghujung ramadhan itu
antrian zakat fitrah mulai menggebu
di pinggir lapangan,
satu dua tiga.... puluhan
puluhan fakir
dan miskin dikumpulkan
berantrian. berantrian.
lalu ada yang namanya bang fulan
menggandeng adiknya
katanya,
"aku ini miskin."
hanya berdua saja
sudah ditinggal keduaorangtuanya
ke syurga, di atas sana
pak RT menggeleng-geleng, bergumam
"mana surat tandanya?'
"surat tanda apa, bapak?"
tanya bang fulan
"kalau kamu ini miskin,
miskin!"
dengan membentak
deg.
hati bang fulan merana
dan adiknya memegang perut,
yang ringkih menunggu buka
tanpa makanan apa-apa
"dik, kita tak punya
surat tanda kemiskinan kita
jangan berharap lebih ya dik,
kalau zakat belum jadi rezeki kita."
"bang,
sudah tak apa
biar pun mereka tak memberikan hak kita
yang dititipkan Allah semata
kita doakan pak RT ya bang.
supaya Allah membuka nurani
serta rasa kasih pada sesama
di hati pak RT ini."
akhirnya mereka pergi
menjauhi lapangan, menuju medan sunyi
sunyi.
rakyan widhowati tanjung
29 Agustus 2011
Untuk Benar-Benar Ada
lihatlah!serunai bijaksana jadi telaahdi mana altar pedoman tak hanya kisah
haruslah mereka yang berfatwa,benar-benar terbukti adaapa daya kita ikutinya?
hanya manusia,yang berpikiran samatak akan menyia-nyiakan waktu tersisa.
untuk benar-benar ada.
rakyan widhowati tanjung
1 September 2011
Selepas Adzan
selepas adzan,
setelah malaikat turun berdatangan
menunggu mulainya
iqamah sebagai permulaan.
dari pertautan raga
dan jiwa pada sujud-sujud di hadapan
di hadapan-Nya.
segera, jangan kau tangguhkan pula waktu
padahal kau tiada tahu
saat akhirnya pilu,
tak dapat kembali, hanya kelabu
semu.
rakyan widhowati tanjung
2 September 2011
Antara Mereka, Kita dan Penguasa
seperti apa,saat membedakan peminta-minta dengan pengamen sajakita tak mengerti bahwaada hal yang sama antara mereka
membutuhkan kita,
di samping janji para penguasatertuang dalam undang-undang empat limamenyatakan pada kiranya,ditanggunglah mereka semua
ada hal pula untuk ditanya,mengapa?bahwasanya negeri ini terluntaterluka dalam igauan asa
akan perih dicampakkan penguasa,yang belum bisamengejawantahkan hakikat manusiaagar sejahteralah nestapa jelata
rakyan widhowati tanjung
21 September 2011
Spektrum Asa
Dari ekliptika, membujur elips di sudut mata
Beruraian konstelasi rasa
Tertata, layaknya vorteks di jiwa
Jadikan paralaks asa pada manusia
Meraih dengan kalibrasi tinggi
Meranah bias energi ionisasi
Tanpa harus adanya presisi
Serta cita tiada perah beranomali
Diramu, menyertai radian cahaya
Berdimensi massa dalam gema frasa
Labuhkan pada bayang supernova
Bernoktah pendaran alpha centauri, sempurna
Metafor parafrasa librasi
Kadang asa jatuh dan berpresitipasi
Ingatkan akan datangnya regresi,
Kepada Tuhan, spektrum asa kembali
rakyan widhowati tanjung
29 Oktober 2011
Pada-Nya
Lalu bagaimana, apabilaRasa yang kujalin pada-NyaTerhempas di lautan samuderaTergulung dibuai masa
Renungi!
Bersimpuh diriku meminta-NyaMemberiku maknaHarapan nur cahayaAkan rindu naungan-Nya
Kutafsirkan akan dosaYang menggema bersuaraTapi Ia membisikkan cintaSerta lindungan dan ampunan-Nya
Akan dosa.
Dan pada jalan-Nya,Selangkah kaki kujalaniSeribu langkah-Nya,Untukku Ia memberi
rakyan widhowati tanjung
29 Oktober 2011
Al Qiyamah
tak ada yang mengerti,
kapan bumi berhenti.
isyarat alam kadang tak pasti,
jiwa pun belum jua siapkan diri.
bagaimana bila tiba-tiba terjadi?
bumi terkoyak menebarkan api
segala musnah tiada abadi
dan raga pun terhenti
lalu tinggallah sejengkal jarak dari mentari,
padahal, kita tiada siap dalam diri
rakyan widhowati tanjung
31 Desember 2011
Sampaikan Salam di Ujung Senja
Senja,adalah kata yang tersisaDarinya terdapat makna,bagiku, tak biasa
Dalam senja,tertuang lepas mentariBerusaha bersembunyi,di tepi horizon bumi
"Ini garis-garis maya,di mata kita."
Dalam senja,lambat laun jadikan sunyi,akan suaraDan senyum tipis,tanda berpisahnya cahaya
"Ini hanyalah awal,dari pergantian waktu dengan rotasi bumi."
Dalam senja,Redupnya cahaya adalah primadonayang jadikan bintang sebagai mahkota,di langit selepas senja
"Ini adalah sang kala,tersaji dalam tiap masa..."
Dan kusematkan tanda kutip bersama-Mu,berisi sisa-sisa kata dari-Mu.
Selepas ini, selepas ini,kusampaikan salam di ujung senja, pada-Mu...
rakyan widhowati tanjung
17 Januari 2012
Label Jiwa
Ini hierarki manusia.
Yang diagungkan oleh rasa,
tanpa kecupan makna
Diartikan oleh masa
Dan jiwa mempunyai,
sekapur aroma berbeda.
Di mana Tuhan menciptakannya
Dengan serpihan nurani, tak sama
rakyan widhowati tanjung
22 Januari 2012
Seroja
Mula-mula,ada satu kataKemudian dua,dan seterusnya.
Perlahan mulai merajut cerita
Tak perlu kau pahami,atau berpikir keras-kerasKalau pada akhir nantisegala akhir selalu pasti.
Di sini, mulailah seroja kembang bertaut makna
rakyan widhowati tanjung
23 Januari 2012
Ego, di Hamparan-Nya
Sekiranya, ego manusia
berfluktuasi dalam iringan,
kehidupan.
Tapi mengapa tiada pernah,
mencoba bersandar pada kematian?
Di mana setelahnya,
ego jadi saksi
Akan apa yang berlaku di hamparan fana
Seperti pula sekiranya kau berkata,
"Itu takdir."
Tapi nada hina kau timpakan pada takdir.
Dan lauh mahfudz kau katakan nyinyir.
Untuk apalah kau hidup, manusia!
Kalau pada suratan Tuhan,
yang ditulis qalam-Nya
kau tak percaya...
Dan dosa,
kau persembahkan untuk-Nya
saat Ia beri regukan nafas indah,
yang tiada kau syukuri sudah.
rakyan widhowati tanjung
9 Februari 2012
Pelataran Hati
"Ibu,aku ingin menatap mata kasihmuyang ketika kau timang aku duluterlihat beningku di situ."
"Ibu, ibu."
Satu, duaAir mataku menetes karenanyaDi tiap waktu bersama bunda adalah,masa luar biasa
Lalu tiba-tiba,hatiku berbisik mesra,
"Anak Adam dan Hawa,jadikan aku pelataran hatiakan cinta dari sanubari ibu."
Selalu.
rakyan widhowati tanjung
12 Februari 2012
Tuhan, Berkahi Kami
Kepada Tuhan, manusia meminta
"Tuhan, berkahi kami."
Setiap waktu dan setiap saat.
Tapi manusia tak ingin berusaha
Hanya diam dengan bisikan doa-doanya
Padahal,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."*
*(QS 13:11)
rakyan widhowati tanjung
4 Maret 2012
Karbala
Di bawah Makkah dan NajafKarbala pernah tersimbah darah,para syuhada
Tak gentarMenghunus regukan rindu,untuk-Nyadi mana malaikat menangis haru
HusainHusainHusain
Iman cahaya imam duniaPara malaikat melihatnya, bergumam"Karbala, di sini engkaulah saksijatuhnya darah Husain untuk-Nya."
Karbala,Jadilah engkau sejahtera.
rakyan widhowati tanjung
14 Maret 2012
Percayakah Kamu Pada Mimpi
Satu, dua
Mentari menyusup di balik rasa
Membuka seketika dunia fana,
menuai tabir dari mimpi dan asa
Tiga, empat
Lima, enam
Tujuh, delapan
Sembilan, sepuluh
Percayakah kamu pada mimpi?
Antara masa yang kau rancang hati-hati,
dengan bayangan waktu terpantul diri
Sebelasnya, kau bisa menggapai mimpi
rakyan widhowati tanjung
15 Maret 2012
Kalau Perlu
"Kalau perlu,putuskan sajaUrat-urat nadi pemberontak itu.Negara tak butuh mereka."
"Kalau perlu,binasakan sajaMereka yang menentang,rezimku ini, maha karya."
Satu, dua ucapan dengan jedaLalu prajuritnya,mendengar dengan khidmatMematuhi sabdanya
Tiga, empat bencana negaraHasil rekayasa,diktaktor negaraDi suatu bangsa, suatu masa.
rakyan widhowati tanjung
19 Maret 2012
Sonata Perdu
Perdu,
Perdu
.
Bagaimana kau yakin,
ini tempat singgahnya angin?
Yang menggilir syair
Sampai semak-semak hilir?
Lalu angin membiaskan suara,
"Ada rindu pada sonata
Menggerus ilalang perdu,
di mana hatinya tercipta."
Sejenak kau pun yakin, ini sonata...
Perangkai keping-keping cahaya
Di mana tak bisa
Dunia ungkapkan narasi penyair.
rakyan widhowati tanjung