Atheis!


"Agama dan Tuhan adalah bikinan manusia. Akibat dari sesuatu keadaan masyarakat dan sususan ekonomi pada sesuatu jaman yang tidak sempurna."
Atheis. Roman berbumbu filsafat terbaik yang pernah saya baca, karya Achdiat Karta Mihardja. Pertama kali membaca roman ini di bangku SMP, dan sampai sekarang tidak pernah pudar keinginan saya untuk membacanya kembali.

Roman Atheis, cetakan lama yang saya pinjam dari sekolah.

Konflik bathin akan adanya keimanan dan kepercayaan yang mulai dipertanyakan dalam tokoh Hasan, memiliki banyak faktor eksternal. Seperti halnya, pendapat dan gagasan ideologi serta filsafat yang dikemukakan tokoh Rusli dan Anwar; pendekatan emosional dan cinta yang terbentuk dari tokoh Kartini; kekuatan kasih-sayang dan keimanan orang tua Hasan di mana kemudian menyadarkan imannya (meski ia tengah bimbang dengan segalanya).

Achdiat dengan cerdas dan lugas dapat menguraikan dialog-dialog yang terjadi antar tokohnya. Serasa beliau menjadi seperti apa yang ada dalam pikiran berbagai aliran kepercayaan manusia. Pula, beliau tidak menggunakan bahasa yang rumit. Beliau hanya menguraikan sekelumit titik gagasan, lalu pembaca dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Hal ini yang menjadikan roman-nya terasa 'hidup dan segar', meski terentang jauh garis waktu penerbitan karyanya dengan saya.

Secara pribadi, saya melihat bahwa sejujurnya, tokoh Hasan adalah orang yang religius, namun tidak memiliki pendirian teguh (terutama setelah jatuh hati terhadap Kartini). Apa yang Hasan lakukan, dengan niat dakwah yang tak sampai pada ujungnya, lalu ia ikut "terjatuh" dalam ideologi Rusli dan Anwar. Atheisme. Seorang atheis yang kebingungan dan tidak seluruhnya ia atheis, menurut saya. Sesekali Hasan pun meragu dengan keyakinannya setelah ia bergaul dengan kawan-kawannya, ketika bertemu dan konflik dengan kedua orang tuanya, menikah dan berakhir dalam konflik dengan Kartini, dan anti-klimaks serta konklusi dalam polemik iman. "Atheiskah aku?" Mungkin begitulah yang ingin disampaikan penulis dalam kebimbangan tokoh Hasan.

Roman Atheis, cetakan lama sampul depan dan samping.

Pada akhir hayatnya, tokoh Hasan memang kembali ke jalan-Nya. Namun dengan luka yang ia bawa. Cinta dan emosi yang mengembang-kempis, pada Tuhan, pada orang tuanya, pada Kartini, serta pada kawan-kawannya yang telah 'menyesatkan' ideologi dalam dirinya.

Meski pada awal penerbitan banyak kontroversi yang dilayangkan terhadap karya sastra ini, hal itu tidak mengurangi keistimewaan roman Achdiat. Perlahan dengan sarat makna beliau mengajarkan pada manusia tentang keimanan yang ditekankannya pada ironi serta satire dalam jalan ceritanya. Sejujurnya, iman yang kuat disertai dengan pendirian yang kuat. Tidak tergoyahkan, meski berbagai kata terucapkan pada kita, meski berbagai ideologi memaksa merasuk dalam pikiran kita.

"Apa artinya sesal, kalau harapan telah tak ada lagi untuk memperbaiki segala kesalahan? Untuk menebus segala dosa?"


Comments

  1. Mbak, dua jempol untuk Mbak.
    Jarang orang sekarang masih mengapresiasi karya lama. ini luar biasa buat saya. hebat. salut.

    ReplyDelete
  2. saya ingat, settingnya di Bandung kalo nggak salah ya Mbak?

    ReplyDelete
  3. sya malah baru tw ttg roman ini
    #kuper.. :)

    ReplyDelete
  4. kyaaaa bacaanku jaman SMP!!!!hahahaha pengen baca lagi :D

    ReplyDelete
  5. selamat pagi,Ikut nyimak sob.

    visit back.

    ReplyDelete
  6. ateis itu kasihan sebenarnya. harus didoakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak. semoga mendapat jalan terbaik.

      Delete
  7. berkunjung dan menyimak artikel yang sangat bermanfaat buat pedoman hidup sob.thksya sudah berbagi.

    ReplyDelete
  8. akhirnya husnul khotimah ya
    secara fitrah manusia memenang memmbutuhkan Tuhan sekalipun ia seorang atheis

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali bang. tanpa Tuhan, manusia tidak punya pegangan.

      Delete
  9. aku pernah liat buku ini di perpustakaan :)

    ReplyDelete
  10. wah... wajib baca sepertinya..
    soalnya emang pernah punya pengalaman spiritual mengenai atheis :)

    ReplyDelete
  11. cukup menantang sepertinya tuh.. hmmm .. jadi penasaran ;(

    ReplyDelete
  12. Good Review...pernah baca pas SMA :)

    ReplyDelete
  13. Gak pernah nemu lagi buku ini >.< bacanya pas SD, punya abah-ku ._.

    ReplyDelete
  14. Hasan ini labil sekali huhuhuhu -_____-

    ReplyDelete
  15. aku pernah liat bukunya dulu tapi gak berani baca karena judulnya kak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. judulnya memang atheis, tapi romansa ceritanya bagus kak, nggak serem kok :)

      Delete
  16. orang atheis itu berbuat baik bukan karena takut neraka, dan ingin surga, ya karena kasihan & tulus tanpa embel2 dibelakang'a. Lebih baik kelihatan dibanding beragama, tp amal selalu mengharapkan surga :)

    ReplyDelete
  17. penyesalan mah datangnya terakhir. kalo diawal itu namanya pembayaran, muehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbak ocha bisaaa aja. tapi memang bener quotenya mbak. hehe

      Delete
  18. Wah bukunya menarik sekali untuk buku koleksianku. Itu buku lama atau buku baru sih kak. Ceritanya kayaknya seru. Penuh inspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. buku lama mas, udah lamaaa banget. salah satu karya sastra yang fenomenal :)

      Delete
  19. Alhamdulillah..., mendapatkan penyegaran kembali dari postingan ini saya terhadap novel tersebut yang saya baca kala SLTA. Makasih banyak ya, Mbak.

    ReplyDelete
  20. Hasan tokoh utama yang usianya remaja? Sepertinya terkesan labil akan cinta terhadap Tuhannya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan remaja lagi mas. tokoh hasan dalam cerita ini digambarkan sudah dewasa dan bekerja. namun karena pergaulan dengan pertemuan sahabat lamanya, ia jadi tersesat.

      Delete
  21. Atheis bukannya tidak memiliki tuhan yah, kata kata ini pernah saya dengar juga waktu saya sekolah namun sekarang lupa lupa ingat hehehehhehe
    Niche Blog :)

    ReplyDelete
  22. roman lawas yang masih bisa mengikuti zaman hingga sekarang,
    dan ini menjadi contoh bagi kita...bahwa keimanan kita mudah terpengaruh...tergantung kepada siapa kita memilih untuk bergaul,,,maka hati2 lah bergaul...waspadalah waspadalah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas. memang sekaang keimanan manusia lebh banyak diuji :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts