Lazuardi Rindu
- Teruntuk Anselina Dwi Faerita Zai
Langit,
Kuceritakan padamu
Tentang luka dan nyala rindu
Pada kejora yang tertinggal di relung hatiku
Di senja kelabu
Masih kuingat perihnya itu
Yang tak pernah ia keluhkan padaku
"Tak apa," katanya, "Tak usahlah kau hiraukan aku."
Sembari menggenggam jemari tanganku tanpa ragu
Dan tersenyum, meneguhkan pikirku
Meski mega-mega mendung jadikanku ragu
Aku percaya, ia bertahan menawan pilu
Aku percaya, ia kuat melawan sendu
Hingga Tuhan tersenyum dari lazuardi putih biru
Melihat kejoraku, Ia tertegun oleh kuat rona jiwanya itu
Maka Tuhan mengasihinya, ingin segera bertemu
Rasanya getir, Langit.
Melihat Izrail menggugah sembilu
Memisahkan dunianya menuju
Keabadian terindah, tanpaku
Kau tahu, Langit,
Serasa semesta padamkan terangku
Mereguk gemuruh di ubun mega nafasku
Mengurai jerit tertahan dalam dadaku
Kejora itu,
Terkasih-kasih dalam hidupku
Teramat sayang dan membiusku termangu
Padanya, pelita asa berkepundan narwastu
Kepergiannya mendahuluiku
Untuk kembali pada-Nya itu
Membawaku pada kembara pilu
Di perbani pasang pelabuhan semu
Langit,
Sekarang kau tahu
Betapa luka ini menyeruak membiru
Betapa rindu ini meluas melagu
Langit,
Kumohon, atas nama seroja nestapa rindu
Tekurkanlah padanya sapaku
Pada masa matahari bersama altar lazuardi melaju,
Menyentuh di atas garis-garis cakrawala semu
Di senja kelabu itu.
Langit,
Padanya hatiku terpekur merindu.
Langit,
Kuceritakan padamu
Tentang luka dan nyala rindu
Pada kejora yang tertinggal di relung hatiku
Di senja kelabu
Masih kuingat perihnya itu
Yang tak pernah ia keluhkan padaku
"Tak apa," katanya, "Tak usahlah kau hiraukan aku."
Sembari menggenggam jemari tanganku tanpa ragu
Dan tersenyum, meneguhkan pikirku
Meski mega-mega mendung jadikanku ragu
Aku percaya, ia bertahan menawan pilu
Aku percaya, ia kuat melawan sendu
Hingga Tuhan tersenyum dari lazuardi putih biru
Melihat kejoraku, Ia tertegun oleh kuat rona jiwanya itu
Maka Tuhan mengasihinya, ingin segera bertemu
Rasanya getir, Langit.
Melihat Izrail menggugah sembilu
Memisahkan dunianya menuju
Keabadian terindah, tanpaku
Kau tahu, Langit,
Serasa semesta padamkan terangku
Mereguk gemuruh di ubun mega nafasku
Mengurai jerit tertahan dalam dadaku
Kejora itu,
Terkasih-kasih dalam hidupku
Teramat sayang dan membiusku termangu
Padanya, pelita asa berkepundan narwastu
Kepergiannya mendahuluiku
Untuk kembali pada-Nya itu
Membawaku pada kembara pilu
Di perbani pasang pelabuhan semu
Langit,
Sekarang kau tahu
Betapa luka ini menyeruak membiru
Betapa rindu ini meluas melagu
Langit,
Kumohon, atas nama seroja nestapa rindu
Tekurkanlah padanya sapaku
Pada masa matahari bersama altar lazuardi melaju,
Menyentuh di atas garis-garis cakrawala semu
Di senja kelabu itu.
Langit,
Padanya hatiku terpekur merindu.
hamparannya seperti penampung rindu yang tak terbatas
ReplyDeletememang rindu yang sangat tak terbatas mas.
Delete:) cantik kata2nya
ReplyDeleteterima kasih mbak.
Deletebeh jadi terbawa suasana, *hiks *ambil tisyu pecel lele*
ReplyDeletesbnernya gue jg pernah mengalaminya :'(
tisu pecel lele kurang seru. gimana kalo lap mobil?
Deleteiya mas? kalau begitu pasti pedih sekali...
Deletengeri deh kalo bawa-bawa nama izro'il! huhuhu
ReplyDeletengeri atau tidak ngeri kita semua harus siap mas.
Deletecie cie...
ReplyDeletelagi ngalamin sesuatu yang nggak enak tapi enak nihh...
asyiik, selamat Mbak
rasa itu memang begitu indah, meski menyiksa, tapi di siksaan itulah keindahannya.
rindu yang menyiksa ya bang.
Deleteditinggal sahabat yang telah meninggalkan dunia ini.
kalo saya ga bisa comeng nih
ReplyDeletekeren banget puisinya..puisi buat sahabat yah
terima kasih bang.
DeleteMbak Rakyan, puisinya bagus-bagus mbak. Nggak dikirimkan ke penerbit atau ke warung blogger mbak. Kebetulan grup warung blogger sedang ada proyek penerbitan buku. Kategori puisi juga ada mbak. Mbak Rakyan sudah jadi anggota grup warung blogger di facebook belum?
ReplyDeleteterima kasih ya mas.
Deletebelum bergabung mas. kalau boleh saya mau gabung dengan grupnya :)
can't comment a lot but a great poem you wrote :)
ReplyDeletekereen...btw, templatenya cakep
ReplyDeleteterima kasih mbak.
Deleteindah :)
ReplyDeleteterima kasih :)
Deletebagus banget puisimu rakyan... kamu pasti sedih bgt ditinggal temenmu itu sampe bisa bikin puisi seindah ini... :")
ReplyDeletesedih dan rindu jadi satu mbak, benar-benar kangen sama senzy, saya mbak. terima kasih ya mbak.
Deleteaaaah... puisinya keren banget...
ReplyDeletetapi kok saya jadi ngerasa sepi dan kehilangan yaa.. :'|
terima kasih ya mas.
Deletekarena memang isi puisi saya tentang kedua halitu mas.
wah lama sekali diriku ndak berpuisi seperti ini mbak...
ReplyDeletebaca puisinya seperti mengobati kangen sendiri
slam kenal dari pekanbaru mbak rakyan...;)
salam kenal juga mbak.
Deleteterima kasih :)
aku jadi terdiam membaca puisi ini..kepergian seseorang yang dicintai memang bisa meremuk redamkan jiwa membangkitkan kenangan kerinduan kepadanya...semoga di atas langit ia mendengarkan ,...salam :-)
ReplyDeletebenar mas. apalagi dia adalah seorang sahabat yang sangat dengan saya. :)
Deletekalau puisi begini, susah nalar'a apalagi tema tentang cinta, aduh paling bodoh deh :)
ReplyDeletesantei saja mas:)
DeleteSaya bisa rasakan pedihnya rindu kamu,
ReplyDeletesungguh merindu seseorang itu bisa membuat kita sesak nafas..
:)
iya mbak...
Deletesangat rindu mbak...
pilihan katanya sederhana tapi saya bisa merakana kedalaman perasaan yang dituangkan ke dalamnya :)
ReplyDeleteiya mas. dengan segala rindu kepada sahabat saya, saya menuangkan perasaan ke dalam puisi saya...
Deleteseneng banget kalau lihat langit biru selalu mengundang untuk mengabadikannya
ReplyDeleteturut berduka cita ya..
ReplyDelete